PBSI: Tidak Usah Ikuti Sistem Pembinaan China


VIVAnews - Wakil Ketua Umum PB PBSI, I Gusti Made Oka, tak membantah salah satu faktor penyebab terpuruknya bulutangkis Indonesia lantaran fasilitas yang belum memadai.

Bulutangkis Indonesia sedang terpuruk. Terakhir tim Piala Thomas dan Uber Indonesia tumbang di perempat final setelah dikalahkan Jepang. Ini adalah kali pertama tim Thomas Indonesia gagal ke babak semifinal sejak 1958.

Wakil Ketua Umum PB PBSI, I Gusti Made Oka, menegaskan selama ini pemerintah telah memberikan dukungan moril maupun materil melalui Kemenpora dan KONI. Namun, Made Oke mengaku masih ada yang menghambat perkembangan bulutangkis di Tanah Air. Terlebih untuk menghadirkan bibit-bibit baru berprestasi.

"Beberapa daerah masih ada yang belum punya gedung bagus dan tidak bisa membiayai pelatihan daerah. Kemampuan daerah tidak sama sehingga Pelatda tidak jalan. Kalau punya dua pelatihan wilayah, barat dan timur, susah juga karena ada instansi yang tandingi Pelatnas," ujar Oka di Kantor PB PBSI, Cipayung, Jakarta, Kamis 31 Mei 2012.

Di sektor pembinaan, Oka mengungkapkan keinginan PBSI untuk mengembangkan yang sudah ada. Hanya saja, lanjut dia, pihaknya belum menemukan formula yang tepat. Oka pun enggan membandingkan sistem pembinaan dengan China yang kini merajai bulutangkis dunia, termasuk menjuarai Piala Thomas dan Uber 2012.

"Menurut saya, kita tidak usah mengikuti sistem pembinaan di China. Saya pribadi juga tidak menginginkan itu," papar Oka.

China dalam lima perebutan Piala Thomas terakhir selalu menjadi juara tanpa perlu memainkan partai kelima. Sedangkan untuk Piala Uber, China juara tujuh kali di delapan kejuaraan terakhir.

Indonesia terakhir kali juara Piala Uber tahun 1996. Dan untuk Piala Thomas, terakhir kali jadi juara tahun 2002.

Sebelumnya sejumlah mantan atlet yang tergabung dalam Mantan Atlet Bulutangkis Nasional Lintas Generasi, menyerahkan petisi yang isinya tuntutan agar memperbaiki prestasi bulutangkis Indonesia. (irb)

0 Comments and Thoughs for "PBSI: Tidak Usah Ikuti Sistem Pembinaan China"